KEBUMEN (www.beritakebumen.info) - Pujakesuma, istilah ini mungkin asing bagi sebagian masyarakat terlebih untuk generasi jaman now. Namun bagi orang yang lahir tahun 80an, istilah ini lebih dikenal.
Pujakesuma adalah akronim dari Putra Jawa Kelahiran Sumatera. Yakni, sebutan bagi orang Sumatera yang memiliki darah Jawa dari orang tua atau para pendahulunya.
Berita Kebumen mengutip kabar dari beritagar.id, Rabu (14/2/2018), salah satu potret Pujakesuma yang memiliki garis keturunan dari Banjur Mukadan, Buluspesantren, Kebumen.
Ia adalah Adi Hariyono, seorang pengusaha percetakan yang lahir di Medan. Ketika pertama kali mengunjungi kampung halaman, ia memperoleh kenangan yang tak terlupakan. Di Banjur Mukadan, Kebumen, Jawa Tengah, ia menemukan akar keluarga besarnya.
Karena belum saling mengenal, ia pun sempat tidak diakui sebagai bagian dari keluarga besar. Di depan pusara kakeknya yang kerap ia dengar, akhirnya Adi memperoleh pengakuan dan hingga kini jalinan silaturahmi itu tetap terjaga.
Semoga, ini menjadi pengingat bagi kita agar tidak melupakan leluhur dan tanah kelahiran. Lebih penting lagi, di manapun kita berada, di Indonesia yang beragam suku dan budaya ini, kita tetap hidup rukun dan damai serta menjaga kebhinekaan.
| Editor : bk01 | Sumber : beritagar.id
Pujakesuma adalah akronim dari Putra Jawa Kelahiran Sumatera. Yakni, sebutan bagi orang Sumatera yang memiliki darah Jawa dari orang tua atau para pendahulunya.
Berita Kebumen mengutip kabar dari beritagar.id, Rabu (14/2/2018), salah satu potret Pujakesuma yang memiliki garis keturunan dari Banjur Mukadan, Buluspesantren, Kebumen.
Adi Hariyono, Pujakesuma berdarah Kebumen. (Foto: Andri Ginting / beritagar.id) |
Ia adalah Adi Hariyono, seorang pengusaha percetakan yang lahir di Medan. Ketika pertama kali mengunjungi kampung halaman, ia memperoleh kenangan yang tak terlupakan. Di Banjur Mukadan, Kebumen, Jawa Tengah, ia menemukan akar keluarga besarnya.
Karena belum saling mengenal, ia pun sempat tidak diakui sebagai bagian dari keluarga besar. Di depan pusara kakeknya yang kerap ia dengar, akhirnya Adi memperoleh pengakuan dan hingga kini jalinan silaturahmi itu tetap terjaga.
Semoga, ini menjadi pengingat bagi kita agar tidak melupakan leluhur dan tanah kelahiran. Lebih penting lagi, di manapun kita berada, di Indonesia yang beragam suku dan budaya ini, kita tetap hidup rukun dan damai serta menjaga kebhinekaan.
| Editor : bk01 | Sumber : beritagar.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar